
Kapulaga: Rempah Bernilai Tinggi untuk Kesehatan dan Ekspor
Repost - kompas.com
Kuntoro Boga Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan
KAPULAGA (Elettaria cardamomum dan Amomum compactum) merupakan salah satu rempah bernilai tinggi yang banyak digunakan dalam industri kuliner, farmasi, dan pengobatan tradisional. Dengan aroma khas dan rasa yang kuat, kapulaga menjadi bahan penting dalam masakan Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
Selain itu, kandungan antioksidan serta sifat antiinflamasi dan antibakterinya membuat kapulaga semakin diminati di sektor kesehatan dan kecantikan. Permintaan global terhadap kapulaga terus meningkat, didorong tren gaya hidup sehat dan penggunaan rempah dalam produk alami. Indonesia, sebagai salah satu produsen utama, memiliki peluang besar untuk memperkuat perannya di pasar internasional dengan meningkatkan kualitas produksi dan daya saing ekspor.
Di dalam negeri, kapulaga banyak dibudidayakan oleh petani kecil dengan metode pertanian tradisional maupun modern. Produksi kapulaga tersebar di berbagai daerah, terutama di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kalimantan. Pemerintah terus mendorong pengembangan komoditas ini melalui berbagai program peningkatan produksi, pelatihan petani, serta ekspansi akses pasar internasional.
Dukungan terhadap budidaya kapulaga tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama rempah-rempah dunia. Dengan harga kapulaga yang stabil dan cenderung tinggi di pasar global, komoditas ini berpotensi menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan bagi sektor pertanian Indonesia.
Nilai Ekonomi dan Kesehatan
Indonesia merupakan salah satu produsen utama kapulaga di dunia, bersama dengan India, Guatemala, dan Sri Lanka. Berdasarkan data historis FAO, pada 2024, total produksi kapulaga dunia diperkirakan mencapai lebih dari 60.000 ton, dengan Guatemala sebagai negara eksportir terbesar. Indonesia menyumbang sekitar 15-20 persen dari total produksi global. Indikasi peningkatan ekspor kapulaga Indonesia pada 2024 terlihat dari berbagai laporan.
Pada Februari 2024, Kementerian Pertanian melepas ekspor sekitar 25 ton kapulaga putih ke China dengan nilai mencapai Rp 1,5 miliar. Selain itu, dalam acara Gemar Rempah Nusantara 2024 pada Agustus 2024, Menteri Perdagangan menyatakan bahwa Indonesia masuk dalam sepuluh besar negara pengekspor rempah dunia dengan pangsa pasar 2,7 persen.
Secara keseluruhan, ekspor rempah-rempah Indonesia menunjukkan tren positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa selama periode Januari–November 2023, volume ekspor rempah-rempah Indonesia mencapai 148.220 ton, meningkat 29,77 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
BPS melaporkan bahwa pada 2023, nilai ekspor kapulaga diperkirakan mencapai lebih dari 50 juta dollar AS atau sekitar Rp 780 miliar, dengan negara tujuan utama meliputi India, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa negara Eropa. Pasar global kapulaga terus berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan dari industri makanan, farmasi, dan kosmetik.
Harga kapulaga di pasar internasional juga tergolong tinggi, berkisar antara Rp 390.000–Rp 780.000 per kilogram tergantung pada kualitasnya, menjadikannya komoditas bernilai ekonomi tinggi. Kapulaga dikenal sebagai rempah yang memiliki beragam manfaat kesehatan, baik dalam pengobatan tradisional maupun modern. Salah satu manfaat utamanya adalah menjaga kesehatan pencernaan.
Kapulaga mampu merangsang produksi enzim pencernaan yang membantu proses metabolisme tubuh. Selain itu, rempah ini juga dapat mengurangi perut kembung serta meredakan gangguan pencernaan seperti maag dan sembelit. Kandungan alami dalam kapulaga membuatnya menjadi pilihan yang sering digunakan untuk meredakan masalah pencernaan secara alami tanpa efek samping berbahaya.
Selain membantu pencernaan, kapulaga juga memiliki peran penting dalam menjaga tekanan darah. Kandungan antioksidan dan sifat diuretik alaminya membantu menurunkan tekanan darah, menjadikannya bermanfaat bagi penderita hipertensi. Tidak hanya itu, kapulaga juga kaya akan senyawa antioksidan yang berfungsi melindungi tubuh dari radikal bebas.
Senyawa ini membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga mampu menjaga kesehatan secara menyeluruh dan mengurangi risiko penyakit kronis. Kesehatan jantung juga dapat ditingkatkan dengan konsumsi kapulaga. Rempah ini diketahui mampu membantu menurunkan kadar kolesterol serta melancarkan peredaran darah, yang berkontribusi pada kesehatan jantung yang lebih baik.
Selain itu, manfaatnya juga dirasakan dalam sistem pernapasan, di mana sifat ekspektorannya membantu melegakan saluran udara dan meredakan gangguan seperti batuk serta asma. Dengan kemampuannya dalam menjaga sistem pernapasan tetap optimal, kapulaga sering dijadikan bahan alami dalam pengobatan penyakit pernapasan. Tak hanya bagi kesehatan fisik, kapulaga juga memberikan manfaat bagi kesehatan mental.
Aromanya yang khas memiliki efek menenangkan yang dapat mengurangi stres, kecemasan, serta meningkatkan fokus. Selain itu, kapulaga juga dikenal memiliki sifat antibakteri yang efektif dalam menjaga kesehatan mulut dengan mengurangi bau tidak sedap serta melindungi gigi dan gusi dari bakteri.
Budidaya dan Keuntungan
Budidaya kapulaga semakin menjanjikan sebagai peluang bisnis di sektor pertanian. Saat ini, buah kapulaga termasuk dalam jajaran rempah-rempah termahal di dunia setelah vanili dan saffron. Namun, jumlah petani atau pengusaha yang membudidayakan kapulaga masih relatif sedikit.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (dulu Balittro), saat ini BSIP Troa di bawah koordinasi Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan, Kementan, menghasilkan beberapa buku panduan budidaya kapulaga. Dalam budidaya kapulaga ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan, yaitu pemilihan benih, teknik budidaya yang tepat, dan proses pascapanen.
Ketiga faktor ini berperan besar dalam menentukan kualitas dan hasil akhir dari panen kapulaga. Salah satu hal yang sangat ditekankan adalah penyiapan lahan yang baik untuk menjaga struktur tanah dan mengurangi risiko erosi. Kapulaga sangat sensitif terhadap genangan air, karena dapat menyebabkan pembusukan pada bunga yang akan tumbuh di sekitar tanaman.
Selain itu, tanaman kapulaga membutuhkan naungan sekitar 30 persen untuk mendukung pertumbuhannya. Tanaman seperti pisang, albasia, mahoni, manggis, dan karet dapat dijadikan sebagai tanaman pelindung. Kapulaga juga memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai, yaitu lahan dengan ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut dan suhu berkisar antara 20-30 derajat Celcius.
Panen pertama kapulaga dapat dilakukan ketika tanaman berumur tujuh bulan dan bisa dilakukan secara berkala hingga tanaman mencapai usia produktif maksimal, yaitu lima hingga enam tahun. Keuntungan budidaya kapulaga telah dirasakan oleh petani dan berbagai pelaku usaha. Harga kapulaga pada 2023 lalu bahkan pernah mencapai Rp 340.000 per kilogram, menjadikannya sebagai komoditas yang menguntungkan.
Dengan modal awal sekitar Rp 38 juta per hektare, panen basah sebanyak 10.000 kg dapat menghasilkan pendapatan Rp 100 juta. Sementara panen kering dengan harga Rp 90.000 per kilogram dapat memberikan keuntungan kotor hingga Rp 225 juta. Selain tanaman ini memiliki nilai ekonomi tinggi, kapulaga juga dapat ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain, sehingga tidak mengganggu ekosistem pertanian yang sudah ada. Keberlanjutan panen dalam jangka panjang menjadikannya pilihan yang menarik bagi para petani dan pelaku usaha agribisnis.