Harmoni Ekosistem Kelapa dan Habitat Maleo
Repost Tribunners
TRIBUNNERS - Koridor hidupan liar Tanjung Binerean di Kabupaten Bolaang Mogondow, adalah sebuah Kawasan yang berisi ekosistem dominan perkebunan kelapa dan tanaman lain seperti Kemiri, kopi dan cengkeh. Masyarakat di Lokasi ini sangat tepat untuk menggambarkan harmonisasi kehidupan manusia dengan alam.
Di sepanjang pantainya, merupakan areal tempat bertelurnya penyu dan burung maleo senkawor (Macrocephalon maleo). Keberlanjutan satwa terancam punah burung endemik langka asal Sulawesi ini termasuk dalam daftar “Terancam Punah” oleh IUCN Red List dan tercantum dalam CITES Appendix 1 dan dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Hal ini membuat burung maleo menjadi perhatian yang serius Pemerintah Daerah Bolang Mongondow, dimana Kawasan di daerahnya menjadi salah satu lokasi satwa endemik dan tepat bereproduksinya burung maleo ini.
Ancaman kepunahan Maleo yang utama adalah perubahan eksositem Kawasan dan pembukaan lahan untuk pemukiman kembali tanpa mempertimbangkan fungsi Kawasan. Sehingga kawasan ini oleh para pemerhati Maleo dikelola dengan cermat melalui kolaborasi berbagai pihak untuk memastikan keseimbangan antara pelestarian keanekaragaman hayati dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sebagai contoh adalah masyarakat Kecamatan Pinolosian Tengah memainkan peran kunci dalam melestarikan ekosistem Tanjung Binerean. Selain perkebunan kelapa menjadi sumber penghidupan Masyarakat disini, hutan di koridor Tajung Binerean juga memastikan keberlangsungan satwa ternacam punah Burung Maleo dan beberapa jenis penyu serta reptile liar. Kesadaran masyarakat untuk hidup berdampingan dengan satwa liar juga tercermin dalam memberikan ruang bagi satwa liar untuk melanjutkan siklus hidupnya tanpa gangguan. Tindakan mereka memastikan pekerja kebun tidak memanen kelapa pada pagi hari ketika burung maleo sedang melintas untuk bertelur menuju Kawasan Pantai dimana Maleo membenamkan telurnya di pasir pantai.
Kepala Pusat Standarisasi Instrument Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga yang hadir dalam Kegiatan Lokakarya dengan Tajuk "Peningkatan Nilai Produk Kelapa untuk Meningkatkan Pendapatan Petani Kelapa di Koridor Hidupan Liar Tanjung Binerean”, yag dilaksanakan 12-14 November 2024 di Kotamabagu, Sulawesi Utara, menjelaskan bahwa pemerintah ingin memastikan kesejahteraan Masyarakat khsusunya petani kelapa terjamin, sejalan dengan kelestarian Kawasan Tanjung Binerean.
Kementerian Pertanian mengajak Wildlife Conservation Society (WCS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara, pemerintah daerah, dan masyarakat lokal,untuk bekerja sama untuk melindungi Tanjung Binerean. Salah satu langkah penting adalah pengelolaan koridor satwa liar ini. Kolaborasi ini untuk memastikan perlindungan Kawasan Perkebunan kelapa menjamin kesejahteraan petani, disamping habitat maleo, yang berstatus kritis (critically endangered) dijadikan lokasi konservasi.
Tanjung Binerean tidak hanya menjadi koridor penting bagi burung maleo, tetapi juga simbol harmoni antara manusia dan alam. Harmoni yang tercipta di kawasan ini memberikan harapan besar untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sembari meningkatkan kesejahteraan Masyarakat melalui Perkebunan kelapa dan produk turunannya. Burung maleo memerlukan pelintasan dan kawasan berkembag biak di Kawasan pantai dan hutan kelapa ini. Selain Kawasan menyediakan makanan utama burung ini seperti biji kenari, dan aneka serangga banyak tersedia, ppasir Pantai menjjadi tempaat burung Maleo bertelur dan menetaskan telurnya.
Kawasan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan. Kuntoro Boga menjelaskan bahwa kegiatan lokakarya sepertui ini penting untuk terus diinisiasi sebagai program strategi yang memberikan pemahaman dan keterampilan baru bagi para petani kelapa untuk mengembangkan praktik pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung upaya pengelolaan Koridor Binerean dalam budidaya kelapa serta produk turunannya yang sejalan dengan pemulihan ekosistem, konservasi satwa liar, dan perlindungan habitat alami di kawasan tersebut’, jelasnya.
Kegiatan yang diprakarsai oleh WCS dan ICC (International Coconut Counity) tersebut merupakan bentuk apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) atas upayanya meningkatkan pendapatan petani kelapa di Koridor Hidupan Liar Tanjung Binerean. Lokakarya ini bertujuan memberikan pemahaman, pendekatan serta keterampilan baru bagi para petani mengenai praktik pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan yang dapat membantu upaya pengelolaan koridor Bineran, khususnya budidaya tanaman kelapa dan produk turunannya yang mendukung upaya pemulihan ekosistem, konservasi satwa liar dan habitatnya dari berbagai referensi maupun praktik nyata yang telah dikembangkan sebelumnya serta peningkatan ekonomi masyarakat.
Selain itu, kegiatan ini juga sebagai sarana sharing informasi dan pembelajaran antarpetani, membentuk Kemitraan industri pengolahan kelapa berkelanjutan dengan mempertahankan kesinambungan rantai pasok untuk menunjang interkoneksi pasar, potensi ekspor dan perdagangan internasional dalam cakupan negara-negara anggota NAM-CSSTC dan ICC. Kegiatan tersebut turut dihadiri Pjs. Bupati Bolsel Tahlis Gallang SIP, MM, Direktur NAM CSSTC Diar Nurbintoro, Executive Director ICC Dr. Jelfina. C. Alouw dan tim Pusat Standarisasi Instrumen Perkebunan dan BSIP Tanaman Palma.
Dalam kesempatan lokakarya ini, berbagai kontribusi pemikiran dan pendekatan dari para peserta diarahkan untuk lebih mengenal cara-cara budidaya terbaru terhadap tanaman kelapa dengan cara produktivitas tinggi tanpa merusak lingkungan. Para petani diajari tentang aspek-aspek keinginan pada setiap tahap penyelenggaraan di lapangan, mulai dari penjagaan tanah sampai penggunaan sumber daya alam yang ramah lingkungan dalam pemanfaatan kelapa hingga hasilnya. Selain itu, akan praktik praktik-praktik nyata yang telah berhasil diterapkan sebagai contoh yang dapat diadopsi di lapangan.
Dengan meningkatkan keterampilan mengolah kelapa, diharapkan para petani mampu menghasilkan produk-produk yang bernilai tinggi, semisal minyak kelapa, sabun kelapa, briket dan berbagai produk olahan lainnya yang memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun internasional. Dengan demikian, lokakarya ini juga membuka peluang untuk mengembangkan kemitraan industri pengolahan kelapa berkelanjutan yang mendukung kesinambungan rantai pasok dan memperkuat konektivitas pasar baik di tingkat domestik maupun internasional.
Di luar itu, kegiatan ini juga merupakan sarana penting untuk berbagi informasi dan pengalaman antar petani, serta memperkuat jaringan kolaborasi antar pelaku industri kelapa. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan keutuhan kemitraan dan interkonektivitas pasar sehingga Koridor Wilayah Binerean mempunyai akses pasar yang lebih luas terhadap produk kelapanya bahkan hingga ke tingkat ekspor sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani kelapa.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Koridor Binerean tidak hanya menjadi wilayah yang kaya akan keanekaragaman hayati, tetapi juga menjadi model kawasan pertanian, khsusunya perkebunan yang berkelanjutan bagi petani kelapa maupun ekosistem yang ada. Lokakarya ini menjadi tonggak awal dari perubahan yang lebih besar menuju pertanian yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi semua pihak didalam eksositem yang baik.
Oleh Kuntoro Boga Andri - Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan, Kementan